Bapak Sudah Pulang

Lama sudah melewatkan halaman-halaman yang tersedia di dalam blog ini. Padahal jika mau untuk menulis, akan banyak tulisan yang bisa menjadi sebuah cerita. Selama 2015 banyak sekali sejarah terjadi, salah satunya menikah, tentunya dengan Fia Izzatul Muna, tepatnya 15 Agustus 2015.

Singkat cerita, kami memutuskan untuk melakukan persalinan di Bali. Hingga menjelang hari-H.

Dokter spesialis kandungan mengatakan HPL antara tanggal 9 s.d 12 Mei 2016, sehingga ketika terdapat libur panjang pun, kami tak akan kemana-mana. Namun takdir berkata lain. Telepon dari ibuk sebelum waktu sholat jumat, tepatnya tanggal 6 Mei 2016, Jumat Legi, bertepatan dengan peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, sudah menjadi sebuah pertanda. Di telepon tersebut ibuk sambil nangis bertanya, "Kapan Fia babaran?"

Dan saya jawab, "kemungkinan tanggal 9-12 mei"

"Oh yowes, gak usah mulih gak opo-opo, Mba Nita mengko nek iso telponen, kon ndang mulih"

"Nggih Buk"

Dari percakapan tersebut, saya sudah merasa, kondisi bapak semakin memburuk, apalagi beberapa hari sebelumnya (menurut cerita ibuk) sudah tidak mau lagi dirawat di rumah sakit. Sebelum sholat jumat, saya ngobrol dengan Fia, tentang rencana-rencana yang akan dilakukan, kapan pulang ke rumah, berani atau engga ditinggal di rumah gilimanuk, dll. Namun sepertinya Fia sudah ngga kuat untuk berpikir agak berat. Yasudah, saya berangkat jumatan dulu.

Setelah sholat jumat, telepon berbunyi kembali, dari ibuk di rumah, "Le Nda, bapak wes seda" berbarengan dengan BBM dari Mba Nita.

Innalilahi wainnailahirojiun...

Saya kabari keluarga di Ketapang Banyuwangi, seketika Lek Son segera mencari rentcar untuk pulang.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Fia saya suruh untuk berkemas, cancel lahiran di Bali, bawa semua perlengkapan untuk babaran di rumah, entah Tuban atau Tulungagung.

Saya dan Fia nyebrang ke Ketapang bawa mobil mas Wawan, untuk jaga-jaga siapa tau Lek Son gak dapet rentcar, tapi ternyata dapet di detik-detik terakhir.

Mobil jenis avanza yang kami naiki penuh dengan penumpang, semua jog terisi. Di perjalanan, telepon dari rumah pun berbunyi kembali, mengatakan bahwa bapak dikebumikan sore itu juga.

Sabtu subuh, kami sampe di rumah.

Semoga Bapak tenang di sana...

Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburnya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka.
aamiin...

Komentar