Siapa yang tak kenal dengan professor
di bidang ekonomi ini? Apalagi bagi para civitas akademika di lingkup FEB UGM,
dosen, mahasiswa, ato bahkan tukang sapu pun, kenal dan tau siapa beliau ini. Ya,
namanya cukup simple dan mudah diingat, Pak Nopirin, begitu kami memanggilnya
ketika di kelas maupun di luar kelas. Seorang dosen yang cukup ‘heboh’, dan
terkenal dengan jargonnya ‘ngono lho mas…!!!’. Tapi bukan tentang profil beliau
yang ingin saya tulis di sini, karena hal itu sudah terlalu umum. Coba saja
buka google dan ketikkan namanya disana. Akan ditemukan banyak sekali situs yang memuat profil, tulisan, jurnal, atau karya-karya beliau ini,
entah dalam lingkup nasional, maupun internasional.
Semua orang saya rasa pasti punya
hoby, atau kegemaran masing-masing. Semisal teman sekelas yang orang asli Jogja
bernama Arfi Hidananto yang bertugas di Dinas Pendapatan Provinsi Jogjakarta,
dia hobinya menyelam, entah sudah berapa laut yang dia salami, atau bahkan log
book nya sudah ganti berapa kali karena terlalu sering menyelam. Coba sekali-sekali
berkunjung ke rumahnya, begitu masuk ruang tamu, kita akan langsung disuguhi
alat selam dan segala macam prenak-preniknya. Lain lagi cerita dari Adi
Darmawan Hariadi, lulusan Teknik Sipil UGM ini mempunyai hobi yang mungkin bisa
dibilang ada kaitan dengan pekerjaannya di Dinas Perhubungan DIY, bismania. Setiap
online, dia selalu membuka situs yang berkaitan dengan bis, entah mesinnya,
asesorisnya, karoserinya, banyak sekali. Koleksi karcis yang sudah dikumpulkan,
mungkin cukup untuk membuat wallpaper di dinding rumah, saking banyaknya. Begitu
juga dengan salah satu dosen kami ini, Pak Nopirin juga mempunyai hobi, beliau gemar
sekali mengoleksi patung. Patung yang dikoleksi sebenarnya hanya patung biasa
dan sangat mudah dipahami makna dari masing-masing benda pahatan tersebut. Tapi
disana uniknya. Mulai dari patung manusia dan juga binatang, dari dalam negeri,
hingga manca negara.
Koleksi-koleksi unik ini tertata
rapi di sebuah rumah yang cukup luas di Jalan Suryodiningratan Jogja. Kami sebagai
mahasiswanya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke rumahnya setelah selesai
kuliah terakhir, dan kesempatan ini tidak kami sia-siakan. Walaupun dengan
diiringi gemericik hujan, kami sekelas berkunjung ke rumah beliau yang ternyata
cukup mudah dijangkau dari kampus.
Terlalu naif ketika kita tidak bisa
tersenyum pada saat pertama kali memasuki ruang tamu. Disana langsung disuguhi
patung setengah badan manusia, pria dan wanita, dengan body yang sangat atletis
dan juga aduhay. Si pria terlihat dari perutnya yang kotak-kotak, sementara si
wanita, hem…bisa dibayangkan sendirilah, bagaimana tubuh wanita atletis,
Angelina Jolie, Kate Winslet, atau produk local semacam Julia Perez? Belum berhenti
di situ. Ketika mata tertuju pada meja tamu, ada pemandangan yang unik. Kaki-kaki
meja tersebut berbentuk patung, dan sangat mudah terbaca apa maksud dari patung
tersebut. Pria berpose merangkak dengan posisi agak sedikit (maaf) nungging,
menjadi penyangga kaca berbentuk oval setebal kurang lebih 3cm di atasnya. Sementara
di atas kaca tersebut juga terdapat dua ekor babi sedang kawin. Di sudut lain
maish di ruang tamu, ada hiasan meja, mungkin lebih tepat disebut boneka unik. Boneka
ini berbentuk pria gendut menggunakan jubah dengan posisi tangan memegang
jubahnya. Jangan banyak bergerak ketika di depan boneka ini, atau bahkan
bertepuk tangan di depannya, karena dia akan kaget. Dan apa yang terjadi ketika
kaget? Dia membuka jubahnya, sementara ‘adek kecilnya’ sudah mengacung ke atas.
Belum selesai menikmati suguhan di area ruang tamu, kami harus berjalan ke
dalam rumah (atau samping) untuk ditunjukkan koleksi-koleksi lainnya, menuju ke
joglo. Kalo saya boleh menyebut, di sini merupakan galeri mini, karena di sini
banyak sekali patung-patung dengan model lainnya dengan tema yang masih sama, ‘kama
sutra’. di sekitar sini, sempat ditunjukkan sedikit tentang koleksi tanaman
yang ada, pohon belimbing, rambutan, anggur, dll. Ah, bagi saya ini hal yang
biasa, saya butuh hal yang tidak biasa.
Memasuki joglo, banyak hiasan meja
yang tertata rapi, dengan berbagai model dan gaya. Apabila kaki-kaki meja di
ruang tamu menggunakan pria sebagai modelnya, di joglo sini kebalikannya. Kaki-kaki
meja berbentuk seperti wanita rebahan yang menghadap ke atas, dengan posisi
sedemikian rupa sehingga posisi tersebut bisa menopang kaca oval yang di
atasnya terdapat beberapa bungkus martabak serta air mineral yang nantinya kami
sikat habis karena lapar. Jika saya jelaskan satu-persatu model dan gaya patung
maupun benda-benda hiasan meja di joglo ini, mungkin sampai tahun depan gak
akan selesai nulis, tapi paling tidak sudah ada gambaran ketika melihat
foto-foto dari temen-temen yang sempat mengabadikannya. Menurut saya pribadi,
tidak ada unsur pornografi disana, walaupun benda-benda pahatan tersebut
terlihat sangat vulgar. Daripada melihat pahatan yang sangat abstrak dan saya
tidak bisa menerjemahkan apa maksudnya, mending melihat patung-patung ini saja,
mudah dicerna, dan sangat inspiratif.
Maturnuwun kang Antoni atas kiriman foto-fotonya di grup whats app.
Maturnuwun kang Antoni atas kiriman foto-fotonya di grup whats app.
Heeehe ms gondo.....cerita ttg pak noopi dr generasi ke generasi berikutnya pst sama...itu gmn ya kl cucunya nanya ttg patung2nya:O
BalasHapusInnalilahi.. Sudan meninggal. Semoga tenang di alam sana
BalasHapus