Sabtu, 11 Agustus 2012...
15.40
ada bbm masuk dari Andre, "ada undangan buka puasa di warung mas iwan, ojo lali yooo"
kemudian saya bales, "samperin di kontrakan ya klo berangkat" (15.55)
Andre: " (y) " --> kalo di bbm terbaca jempol (15.55)
Saya : "udah nyampe mana Ndre?" (18.11)
Andre: "bru mw jalan mas" (18.12)
Saya : "ajakin si paryanto sekalian" (18.14)
Andre: "oke" (18.14)
Semua masih berjalan secara wajar dan ngga ada kejanggalan yang terlihat, ataupun firasat buruk lainnya. Buka bersama, makan bareng, ngobrol, dan kemudian masing-masing dari kami pulang. Saya ke rumah kontrakan, Andre dan Prasong ke kosan. Saya sendiri di rumah sempet sms an dengan Ari, yang posisinya sudah mudik di bogor, disana juga tidak ada firasat yang buruk atau apapun, sebelum sekitar jam 9-an malam, kabar itu datang...
21.03...
Saya mendapat telpon dari juni (dalam hati berkata, "iki nyapo si juni ndadak nelpon, mengko sedelok ngkas tak mrono"), mengabarkan bahwa ada orang taman nasional menggunakan yamaha vixion kecelakaan di depan pom bensin gilimanuk sekarang udah dibawa ke puskesmas. Dalam hati saya berkata, "wah, Andre iki..!!". Pada saat buka bersama, Andre memang mengenakan jaket polhut dengan memakai motor yamaha vixion, sementara di taman nasional bali barat hanya ada 2 orang yang menggunakan vixion, Arya yang posisinya di negara, dan satu lagi Arie, dia sudah mudik ke bogor.
Langsung saya menuju puskesmas, dan disana sudah terparkir motor Pak Ketut Widiantara (Koordinator Polhut TNBB). Dan kemudian pada berdatangan temen-temen kator lainnya. Penanganan di puskesmas gilimanuk sebatas pertolongan pertama, luka lecet di pipi sebelah kiri, itu yang terlihat, sebelum di negara diketahui ada luka di tulang kering kaki kirinya, pada saat celana jeans nya dilepas.
21.15...
Saya, Pak Zulfikar, Pak Widiantara, Andre, dan petugas puskesmas menuju ke RSU Negara sesuai rujukan dari puskesmas Gilimanuk dengan mobil ambulan yang ada. Jarak yang hanya sekitar 30km terasa lama dengan kondisi Andre yang merintih kesakitan, ditambah lagi banyak perbaikan jalan sehingga mengakibatkan getaran-getaran pada mobil. Namun dengan sirine yang meraung-raung, dapat sedikit membantu memperlancar perjalanan. Selama di perjalanan sebentar-sebentar Andre meminta badannya ditegakkan, kemudian minta direbahkan kembali, begitu seterusnya hingga sampai RSU Negara.
Dalam perjalanan, saya sempat menghubungi Arya yang posisinya ada di Negara untuk stand by, jika sewaktu-waktu dibutuhkan, dan dia sudah menunggu di RSU Negara.
22.00...
Ambulan tiba di RSU Negara dan langsung masuk ke UGD dengan penanganan yang sedikit lebih dibandingkan dengan di puskesmas gilimanuk. Selesai di UGD kemudian dibawa ke ruang rontgen untuk diperiksa 'dalemannya'. Berbagai posisi diambil foto rontgrn-nya, mulai dada, perut dan bahu, hanya saja satu posisi miring kekiri yang ga bisa difoto disebabkan korban sangat kesakitan. Di ruang rontgen, Andre sempet muntah sekali. Mungkin yang dimuntahkan makanan pas buka puasa, sop buntut, ikan bakar, cumi goreng, lalapan, dll :D . Satu hal yang mungkin saya anggap lucu, pada saat difoto rontgen pertama, Andre tiba-tiba bilang, 'aduh mas, saya kepengen beol". Dari sana saya berpikir, mungkin yang menjadi penyebab sakit di bagian perutnya adalah rasa menahan ingin buang air besar dan kencing itu tadi. Namun prediksi saya salah besar.
Dari ruang rontgen, Andre dibawa kembali ke ruang UGD, disana baru diketahui kalau masih terdapat luka luar di tulang kering kaki kirinya, setelah celana jeans nya dilepaskan. Adanya rasa pengen kencing namun tidak bisa keluar, oleh dokter dipasang slang yang langsung menuju ke kantung kemihnya (begitu kata dokter), namun hasilnya nihil, air kencingnya juga ga keluar, keluar pun cm sedikit. Prediksi saya langsung berubah, "ini mungkin ada pendarahan dalam."
Dan ternyata dokter pun menganalisa yang ngga berbeda jauh dengan prediksi saya.
Kenapa saya memprediksi seperti itu?
Ya, beberapa hari sebelumnya, ada sodaranya temen yang mengalami mirip-mirip seperti yang dialami Andre. Kecelakaaan motor, rasa ingin bab, rasa ingin kencing.
RSU Negara sepertinya sudah merncanakan perujukan ke RS Sanglah di Denpasar, karena keterbatasan peralatan yang ada di RSU Negara.
Mobil pick-up polres Jembrana datang ke RSU Negara dengan membawa motor yang dikendarai Andre pada saat kecelakaan. Tampak belakang, motor seperti masih normal, tidak ada lecet-lecet yang berarti. Namun ketika terlihat dari depan, kondisi motor lumayan parah, schock depan patah kiri kanan, lampu utama tinggal separo, foto sempat diambil dengan menggunakan kamera BB nya Arya.
23.00...
Pak Tedi (Kabalai TNBB) datang bersama Pak Wayan kumis menggunakan mobil terano. Kehadiran Pak Tedi sedikit menghilangkan rasa kecemasan kami, yang notabene adalah sebatas staf di tnbb, sementara beliau adalah seorang kabalai, yang mungkin bisa mewakili keluarga dekat Andre, walaupun statusnya sebagai pimpinan instansi.
Pak Zulfikar mencoba menghubungi keluarga Andre. Untuk mencari nomor telepon keluarganya, ada sedikit kendala, di daftar telepon hp (contact list), dikasih nama
siapa? Akhirnya hp saya pegang, bbm saya lihat-baca, begitu juga dengan isi sms. Setelah ketemu nama yang dikira-kira adalah nama keluarganya, kemudian Pak Zul mengabarkan kalau Andre kecelakaan motor. Beberapa menit ngobrol, intinya pihak keluarga menyerahkan tanggung jawab pengambil keputusan di tangan Pak Tedi selaku pimpinan instansi dan juga memberikan kepercayaan agar Andre mendapatkan pertolongan dan perawatan semaksimal mungkin.
Dokter spesialis bedah RSU Negara tiba di rumah sakit, tidak berbeda jauh dengan dokter jaga, diagnosa, analisis dan pengambilan keputusan.
Andre dirujuk ke RS SAnglah Denpasar.
Minggu, 12 Agustus 2012...(dini hari)
1.30...
Ambulan berangkat. Di dalamnya ada saya, Pak Zul, Andre, seorang dokter dan tentunya sopir ambulan. Saya sempat meprediksi, jarak tempuh munkin bisa lama, nyampe di Sanglah bisa-bisa udah subuh. Prediksi saya meleset. Ambulan meraung-raungkan sirinenya sepanjang jalan, lampu merah, tikungan, verbodden, pasar pagi, dilibas semua.Sementara Pak Tedi bersama Pak Widiantara dan Pak Wayan kumis naik terano.
3.30...
Ambulan sudah lewat di sekitaran Ubung, udah lewat perempatan Ubung...
3.45...
Ambulan tiba di RS Sanglah dan langsung masuk ke UGD. Penanganan dilakukan secara cepat. Kaos yang terpakai digunting hingga menjadi gombal amoh. Maing-masing dari kita (pengantar) juga tidak kalah sibuknya, ada yang bagian ngurusi darah, administrasi, dll.
Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat setelah diagnosa oleh tim medis di UGD. Dengan meminta ijin dari orang tua Andre, Pak Tedi bertanggung jawab mengambil keputusan untuk dilakukan operasi, karena terjadi pendarahan di dalam, dan ada organ yang terkena benturan keras oleh benda tumpul.
4.30...
Operasi dimulai. Andre masuk ruang operasi dengan beberapa petugas medis, sementara kami (saya, Pak Tedi, Pak Zul dan Pak Widiantara) menunggu di luar pintu ruang operasi, lesehan, karena tidak ada tempat duduk. Beberapa kali petugas medis mondar mandir di depan kami. Yang mungkin agak wira-wiri dari kami adalah Pak Widiantara, karena beliau yang sudah tau lokasi PMI nya di sebelah mana, sehingga jika sewaktu-waktu petugas medis butuh darah, Pak Widiantara langsung berangkat.
Operasi sedang berjalan...tik...tok...tik...tok...tik...tok...
Pak Tedi saya lihat komat-kamit, mungkin sedang berdoa semaksimal mungkin agar operasi berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Begitu juga dengan kami lainnya. Sementara kami sedang 'lesehan di depan pintu operasi. Pak Wayan kumis mengistirahatkan diri di mobilnya, agar jika diperlukan untuk mengendarai kendaraan, udah fresh kembali, dan kami tidak berani sedikitpun mengganggunya, walaupun beliau sendiri terganggu oleh banyaknya nyamuk.
5.15...
Adzan subuh sudah berkumandang, kami bertiga yang muslim minta ijin ke Pak Widiantara untuk sholat subuh di masjid terdekat, yang ternyata jarak masjidnya cukup lumayan jika jalan kaki.
Selesai solat subuh di masjid kami kembali menuju ruang operasi, dan di sana Pak Widiantara tidak ada di tempat. Ouwh, mungkin sedang ke PMI untuk mengambil darah lagi (kali kedua mengambil darah, masing-masing 2 kantong, jadi selama operasi menghabiskan 4 kantorng darah).
6.30...
Salah seorang petugas medis, mungkin salah satu dokter, keluar dari ruang operasi dan menanyakan keluarga dekat Andre, memang tidak ada. Dan Pak Tedi didampingi Pak Zul menghampiri dokter tersebut. Beberapa menit obrolan di balik pintu ruang operasi, dan saya hanya menguping dari luar, sayup-sayup terdengar, kadang tidak jelas apa yang diobrolkan mereke di dalam. Saya ngleseh lagi di depan pintu operasi dan hanya menunggu kabar dari dalam.
Pak Tedi keluar pintu operasi dengan mengangkat jempolnya, mungkin artinya 'operasi berjalan lancar'. Alhamdulillah. Dan disusul Pak Zul keluar dari ruangan tersebut. Ingin rasanya kabar tersebut sesegera mungkin kami sampaikan ke keluarga Andre, namun dari beberapa nomor hp yang dihubungi, masuk mail box semua. Namun kabar tersebut tidak berhenti hanya di kami, segera kabar tersebut kami infokan ke temen-temen kantor yang posisinya berada di Gilimanuk.
Operasi berjalan lancar, tanpa kurang suatu apapun. tinggal menunggu masa pemulihan.
8.30...
Keluarga Andre (papa dan kakaknya) tiba di bandara Ngurah Rai, dan dijemput oleh Pak Wayan, saya dan Pak Zul. Mungkin waktu tadi akan menginfokan kabar jika operasinya lancar, keluarga Andre sedang berada di dalam pesawat sehingga tidak bisa dihubungi.
Sementara kami menjemput keluarga, Andre sudah dipindahkan ke ruang 203D (ngga tau ruang apa namanya).
9.30...
Keluarga tiba di RS Sanglah dan langsung menuju ruang tersebut. Disana menunggu Pak Tedi dan Pak Widiantara. Terjadi banyak obrolan diantara kami (orang tnbb) dan juga pihak keluarga. Apapun itu, intinya pihak keluarga mengucapkan terima kasih. Karena pihak keluarga sudah datang, kami giliran dadan secara bergantian menemani. Sesekali saya keluar ruangan dan yang lainnya masuk, begitu juga sebaliknya.
Sementara rombongan tnbb lainnya sedang menuju RS Sanglah dari Gilimanuk, Pak Surahman, Pak Rudana, Mas Aru, Feby dan Bonenk dengan membawa beberapa kebutuhan yang kira-kira diperlukan di RS.
Selain itu kami juga mencoba menghubungi beberapa rekan tnbb yang tinggal di sekitaran Denpasar untuk ikut memberikan support (baca: menjenguk) ke RS, secara bergantian. Karena pihak keluarga tidak tahu situasi sekeliling jika membutuhkan sesuatu, setidaknya ada temen yang ditanya jika butuh apa-apa.
13.00...
Kami, regu pertama (Pak Tedi, Pak Wayan, Pak Widiantara, Pak Zul dan saya) berpamitan untuk pulang ke Gilimanuk, karena dirasa sudah ada keluarga yang menunggui, dan juga rombongan tnbb lainnya akan datang juga. Pada saat kami meninggalkan RS, kondisi Andre sendiri memang belum sadar, sepertinya masih tertidur, namun beberapa kali garuk-garuk, dengan kondisi napas (yang menurut saya) masih normal, napas seperti orang tidur.
.......
.......
.......
Senin, 13 Agustus 2012...
Pagi hari,...
Saya mencoba menghubungi Feby yang ikut menginap di RS, mengabarkan bahwa Andre sudah sadar, sudah sempat ngobrol walopun ngga lama. Dikabarkan oleh kakaknya juga via bbm, Andre sudah sadar, sudah sempat ngobrol sebentar kemudian tidur lagi.
.......
.......
.......
Ya, semoga saja semuanya berjalan dengan lancar, pemulihan bisa berjalan dengan cepat, dan segera bisa berkumpul dengan orang-orang terdekat.
Aamiin.
Saya pribadi minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semuanya, temen-temen, rekan kerja, temen dekat Andre, dan siapa saja yang waktu itu menghubungi saya, baik via sms, bbm atopun telepon, yang tidak bisa saya jawab satu-persatu, yang teleponnya ngga bisa saya angkat/terima, dan tidak semua mendapatkan jawaban yang memuaskan, bukan karena tidak mau berbagi, tapi hanya masalah keterbatasan saya.
terima kasih_
15.40
ada bbm masuk dari Andre, "ada undangan buka puasa di warung mas iwan, ojo lali yooo"
kemudian saya bales, "samperin di kontrakan ya klo berangkat" (15.55)
Andre: " (y) " --> kalo di bbm terbaca jempol (15.55)
Saya : "udah nyampe mana Ndre?" (18.11)
Andre: "bru mw jalan mas" (18.12)
Saya : "ajakin si paryanto sekalian" (18.14)
Andre: "oke" (18.14)
Semua masih berjalan secara wajar dan ngga ada kejanggalan yang terlihat, ataupun firasat buruk lainnya. Buka bersama, makan bareng, ngobrol, dan kemudian masing-masing dari kami pulang. Saya ke rumah kontrakan, Andre dan Prasong ke kosan. Saya sendiri di rumah sempet sms an dengan Ari, yang posisinya sudah mudik di bogor, disana juga tidak ada firasat yang buruk atau apapun, sebelum sekitar jam 9-an malam, kabar itu datang...
21.03...
Saya mendapat telpon dari juni (dalam hati berkata, "iki nyapo si juni ndadak nelpon, mengko sedelok ngkas tak mrono"), mengabarkan bahwa ada orang taman nasional menggunakan yamaha vixion kecelakaan di depan pom bensin gilimanuk sekarang udah dibawa ke puskesmas. Dalam hati saya berkata, "wah, Andre iki..!!". Pada saat buka bersama, Andre memang mengenakan jaket polhut dengan memakai motor yamaha vixion, sementara di taman nasional bali barat hanya ada 2 orang yang menggunakan vixion, Arya yang posisinya di negara, dan satu lagi Arie, dia sudah mudik ke bogor.
Langsung saya menuju puskesmas, dan disana sudah terparkir motor Pak Ketut Widiantara (Koordinator Polhut TNBB). Dan kemudian pada berdatangan temen-temen kator lainnya. Penanganan di puskesmas gilimanuk sebatas pertolongan pertama, luka lecet di pipi sebelah kiri, itu yang terlihat, sebelum di negara diketahui ada luka di tulang kering kaki kirinya, pada saat celana jeans nya dilepas.
21.15...
Saya, Pak Zulfikar, Pak Widiantara, Andre, dan petugas puskesmas menuju ke RSU Negara sesuai rujukan dari puskesmas Gilimanuk dengan mobil ambulan yang ada. Jarak yang hanya sekitar 30km terasa lama dengan kondisi Andre yang merintih kesakitan, ditambah lagi banyak perbaikan jalan sehingga mengakibatkan getaran-getaran pada mobil. Namun dengan sirine yang meraung-raung, dapat sedikit membantu memperlancar perjalanan. Selama di perjalanan sebentar-sebentar Andre meminta badannya ditegakkan, kemudian minta direbahkan kembali, begitu seterusnya hingga sampai RSU Negara.
Dalam perjalanan, saya sempat menghubungi Arya yang posisinya ada di Negara untuk stand by, jika sewaktu-waktu dibutuhkan, dan dia sudah menunggu di RSU Negara.
22.00...
Ambulan tiba di RSU Negara dan langsung masuk ke UGD dengan penanganan yang sedikit lebih dibandingkan dengan di puskesmas gilimanuk. Selesai di UGD kemudian dibawa ke ruang rontgen untuk diperiksa 'dalemannya'. Berbagai posisi diambil foto rontgrn-nya, mulai dada, perut dan bahu, hanya saja satu posisi miring kekiri yang ga bisa difoto disebabkan korban sangat kesakitan. Di ruang rontgen, Andre sempet muntah sekali. Mungkin yang dimuntahkan makanan pas buka puasa, sop buntut, ikan bakar, cumi goreng, lalapan, dll :D . Satu hal yang mungkin saya anggap lucu, pada saat difoto rontgen pertama, Andre tiba-tiba bilang, 'aduh mas, saya kepengen beol". Dari sana saya berpikir, mungkin yang menjadi penyebab sakit di bagian perutnya adalah rasa menahan ingin buang air besar dan kencing itu tadi. Namun prediksi saya salah besar.
Dari ruang rontgen, Andre dibawa kembali ke ruang UGD, disana baru diketahui kalau masih terdapat luka luar di tulang kering kaki kirinya, setelah celana jeans nya dilepaskan. Adanya rasa pengen kencing namun tidak bisa keluar, oleh dokter dipasang slang yang langsung menuju ke kantung kemihnya (begitu kata dokter), namun hasilnya nihil, air kencingnya juga ga keluar, keluar pun cm sedikit. Prediksi saya langsung berubah, "ini mungkin ada pendarahan dalam."
Dan ternyata dokter pun menganalisa yang ngga berbeda jauh dengan prediksi saya.
Kenapa saya memprediksi seperti itu?
Ya, beberapa hari sebelumnya, ada sodaranya temen yang mengalami mirip-mirip seperti yang dialami Andre. Kecelakaaan motor, rasa ingin bab, rasa ingin kencing.
RSU Negara sepertinya sudah merncanakan perujukan ke RS Sanglah di Denpasar, karena keterbatasan peralatan yang ada di RSU Negara.
Mobil pick-up polres Jembrana datang ke RSU Negara dengan membawa motor yang dikendarai Andre pada saat kecelakaan. Tampak belakang, motor seperti masih normal, tidak ada lecet-lecet yang berarti. Namun ketika terlihat dari depan, kondisi motor lumayan parah, schock depan patah kiri kanan, lampu utama tinggal separo, foto sempat diambil dengan menggunakan kamera BB nya Arya.
23.00...
Pak Tedi (Kabalai TNBB) datang bersama Pak Wayan kumis menggunakan mobil terano. Kehadiran Pak Tedi sedikit menghilangkan rasa kecemasan kami, yang notabene adalah sebatas staf di tnbb, sementara beliau adalah seorang kabalai, yang mungkin bisa mewakili keluarga dekat Andre, walaupun statusnya sebagai pimpinan instansi.
Pak Zulfikar mencoba menghubungi keluarga Andre. Untuk mencari nomor telepon keluarganya, ada sedikit kendala, di daftar telepon hp (contact list), dikasih nama
siapa? Akhirnya hp saya pegang, bbm saya lihat-baca, begitu juga dengan isi sms. Setelah ketemu nama yang dikira-kira adalah nama keluarganya, kemudian Pak Zul mengabarkan kalau Andre kecelakaan motor. Beberapa menit ngobrol, intinya pihak keluarga menyerahkan tanggung jawab pengambil keputusan di tangan Pak Tedi selaku pimpinan instansi dan juga memberikan kepercayaan agar Andre mendapatkan pertolongan dan perawatan semaksimal mungkin.
Dokter spesialis bedah RSU Negara tiba di rumah sakit, tidak berbeda jauh dengan dokter jaga, diagnosa, analisis dan pengambilan keputusan.
Andre dirujuk ke RS SAnglah Denpasar.
Minggu, 12 Agustus 2012...(dini hari)
1.30...
Ambulan berangkat. Di dalamnya ada saya, Pak Zul, Andre, seorang dokter dan tentunya sopir ambulan. Saya sempat meprediksi, jarak tempuh munkin bisa lama, nyampe di Sanglah bisa-bisa udah subuh. Prediksi saya meleset. Ambulan meraung-raungkan sirinenya sepanjang jalan, lampu merah, tikungan, verbodden, pasar pagi, dilibas semua.Sementara Pak Tedi bersama Pak Widiantara dan Pak Wayan kumis naik terano.
3.30...
Ambulan sudah lewat di sekitaran Ubung, udah lewat perempatan Ubung...
3.45...
Ambulan tiba di RS Sanglah dan langsung masuk ke UGD. Penanganan dilakukan secara cepat. Kaos yang terpakai digunting hingga menjadi gombal amoh. Maing-masing dari kita (pengantar) juga tidak kalah sibuknya, ada yang bagian ngurusi darah, administrasi, dll.
Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat setelah diagnosa oleh tim medis di UGD. Dengan meminta ijin dari orang tua Andre, Pak Tedi bertanggung jawab mengambil keputusan untuk dilakukan operasi, karena terjadi pendarahan di dalam, dan ada organ yang terkena benturan keras oleh benda tumpul.
4.30...
Operasi dimulai. Andre masuk ruang operasi dengan beberapa petugas medis, sementara kami (saya, Pak Tedi, Pak Zul dan Pak Widiantara) menunggu di luar pintu ruang operasi, lesehan, karena tidak ada tempat duduk. Beberapa kali petugas medis mondar mandir di depan kami. Yang mungkin agak wira-wiri dari kami adalah Pak Widiantara, karena beliau yang sudah tau lokasi PMI nya di sebelah mana, sehingga jika sewaktu-waktu petugas medis butuh darah, Pak Widiantara langsung berangkat.
Operasi sedang berjalan...tik...tok...tik...tok...tik...tok...
Pak Tedi saya lihat komat-kamit, mungkin sedang berdoa semaksimal mungkin agar operasi berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Begitu juga dengan kami lainnya. Sementara kami sedang 'lesehan di depan pintu operasi. Pak Wayan kumis mengistirahatkan diri di mobilnya, agar jika diperlukan untuk mengendarai kendaraan, udah fresh kembali, dan kami tidak berani sedikitpun mengganggunya, walaupun beliau sendiri terganggu oleh banyaknya nyamuk.
5.15...
Adzan subuh sudah berkumandang, kami bertiga yang muslim minta ijin ke Pak Widiantara untuk sholat subuh di masjid terdekat, yang ternyata jarak masjidnya cukup lumayan jika jalan kaki.
Selesai solat subuh di masjid kami kembali menuju ruang operasi, dan di sana Pak Widiantara tidak ada di tempat. Ouwh, mungkin sedang ke PMI untuk mengambil darah lagi (kali kedua mengambil darah, masing-masing 2 kantong, jadi selama operasi menghabiskan 4 kantorng darah).
6.30...
Salah seorang petugas medis, mungkin salah satu dokter, keluar dari ruang operasi dan menanyakan keluarga dekat Andre, memang tidak ada. Dan Pak Tedi didampingi Pak Zul menghampiri dokter tersebut. Beberapa menit obrolan di balik pintu ruang operasi, dan saya hanya menguping dari luar, sayup-sayup terdengar, kadang tidak jelas apa yang diobrolkan mereke di dalam. Saya ngleseh lagi di depan pintu operasi dan hanya menunggu kabar dari dalam.
Pak Tedi keluar pintu operasi dengan mengangkat jempolnya, mungkin artinya 'operasi berjalan lancar'. Alhamdulillah. Dan disusul Pak Zul keluar dari ruangan tersebut. Ingin rasanya kabar tersebut sesegera mungkin kami sampaikan ke keluarga Andre, namun dari beberapa nomor hp yang dihubungi, masuk mail box semua. Namun kabar tersebut tidak berhenti hanya di kami, segera kabar tersebut kami infokan ke temen-temen kantor yang posisinya berada di Gilimanuk.
Operasi berjalan lancar, tanpa kurang suatu apapun. tinggal menunggu masa pemulihan.
8.30...
Keluarga Andre (papa dan kakaknya) tiba di bandara Ngurah Rai, dan dijemput oleh Pak Wayan, saya dan Pak Zul. Mungkin waktu tadi akan menginfokan kabar jika operasinya lancar, keluarga Andre sedang berada di dalam pesawat sehingga tidak bisa dihubungi.
Sementara kami menjemput keluarga, Andre sudah dipindahkan ke ruang 203D (ngga tau ruang apa namanya).
9.30...
Keluarga tiba di RS Sanglah dan langsung menuju ruang tersebut. Disana menunggu Pak Tedi dan Pak Widiantara. Terjadi banyak obrolan diantara kami (orang tnbb) dan juga pihak keluarga. Apapun itu, intinya pihak keluarga mengucapkan terima kasih. Karena pihak keluarga sudah datang, kami giliran dadan secara bergantian menemani. Sesekali saya keluar ruangan dan yang lainnya masuk, begitu juga sebaliknya.
Sementara rombongan tnbb lainnya sedang menuju RS Sanglah dari Gilimanuk, Pak Surahman, Pak Rudana, Mas Aru, Feby dan Bonenk dengan membawa beberapa kebutuhan yang kira-kira diperlukan di RS.
Selain itu kami juga mencoba menghubungi beberapa rekan tnbb yang tinggal di sekitaran Denpasar untuk ikut memberikan support (baca: menjenguk) ke RS, secara bergantian. Karena pihak keluarga tidak tahu situasi sekeliling jika membutuhkan sesuatu, setidaknya ada temen yang ditanya jika butuh apa-apa.
13.00...
Kami, regu pertama (Pak Tedi, Pak Wayan, Pak Widiantara, Pak Zul dan saya) berpamitan untuk pulang ke Gilimanuk, karena dirasa sudah ada keluarga yang menunggui, dan juga rombongan tnbb lainnya akan datang juga. Pada saat kami meninggalkan RS, kondisi Andre sendiri memang belum sadar, sepertinya masih tertidur, namun beberapa kali garuk-garuk, dengan kondisi napas (yang menurut saya) masih normal, napas seperti orang tidur.
.......
.......
.......
Senin, 13 Agustus 2012...
Pagi hari,...
Saya mencoba menghubungi Feby yang ikut menginap di RS, mengabarkan bahwa Andre sudah sadar, sudah sempat ngobrol walopun ngga lama. Dikabarkan oleh kakaknya juga via bbm, Andre sudah sadar, sudah sempat ngobrol sebentar kemudian tidur lagi.
.......
.......
.......
Ya, semoga saja semuanya berjalan dengan lancar, pemulihan bisa berjalan dengan cepat, dan segera bisa berkumpul dengan orang-orang terdekat.
Aamiin.
Saya pribadi minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semuanya, temen-temen, rekan kerja, temen dekat Andre, dan siapa saja yang waktu itu menghubungi saya, baik via sms, bbm atopun telepon, yang tidak bisa saya jawab satu-persatu, yang teleponnya ngga bisa saya angkat/terima, dan tidak semua mendapatkan jawaban yang memuaskan, bukan karena tidak mau berbagi, tapi hanya masalah keterbatasan saya.
terima kasih_
Komentar
Posting Komentar
tinggalkan pesan Anda